Dunia sepakbola pada bulan Februari akan lebih semarak dengan
dimulainya kembali Liga Champions. Ya, genderang perang kompetisi elit
Eropa itu telah ditabuhkan. 16 tim akan mulai saling menggugurkan satu
sama lain.
Empat laga lain pada leg pertama babak 16 besar ini masih akan dimainkan minggu depan. Beberapa bigmatch akan dilangsungkan, seperti Barcelona yang sekali lagi harus berhadapan dengan AC Milan. Jangan pula lupakan Bayern Munich yang akan berhadapan dengan wakil Inggris Arsenal.
Ke-16 tim tersebut tentunya telah bertanding pada fase grup. Perjalanan mereka di Grup A hingga Grup H tentu menorehkan statistik yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi klub-klub tersebut, sekaligus sebagai bahan contekan bagi tim lawan untuk mengatur strategi yang pas di babak 16 besar ini. Kolom Statistik Bebicara akan menghadirkan data dan fakta tersebut:
Statistik Tim Peserta 16 Besar Liga Champions |
Data-data dari fase grup itu bisa saja cocok dengan beberapa pertandingan yang telah dimainkan. Misalnya, ketiga laga antara Manchester United dan Real Madrid, Kamis (14/2) dini hari WIB kemarin.
Anomali Juve
Mengetahui El Real memiliki rataan tembakan per laga yang tinggi namun memiliki akurasi umpan yang rendah, Sir Alex Ferguson memilih opsi bertahan dalam pertandingan itu. Strategi tersebut terbukti berhasil, terlepas dari kecemerlangan yang diperlihatkan David De Gea.
Statistik tersebut juga "klik" dalam laga Shakhtar Donetsk dan Borussia Dortmund. Kedua tim itu memiliki catatan statistik yang cukup seimbang dan terlihat dengan hasil 2-2 yang tersaji di Donbass Arena. Maka tak heran jika Paris Saint-Germain mampu menaklukkan Valencia di Mestalla karena Zlatan Ibrahimovic dkk memiliki margin gol yang terbesar dari klub-klub lain.
Namun, anomali terjadi dalam laga Juventus dan Celtic. Bianconeri yang dikenal boros peluang karena memiliki konversi gol hanya 8,7 persen dari sekitar 21 tembakan per laga, ternyata berhasil membungkam The Bhoys tiga gol tanpa balas hanya dengan tujuh kali tembakan on target ke gawang!
Produktivitas vs. efisiensi
Empat pertandingan berikutnya diperkirakan akan menghasilkan laga-laga menarik berdasarkan statistik di atas. Ambil contoh Arsenal versus Bayern Munich. Pertandingan itu mengisyaratkan duel antara tim terproduktif versus tim terefisien.
Bayern merupakan tim yang paling banyak mencetak gol di fase grup, yakni 15 gol. Sebenarnya, Chelsea-lah yang paling banyak membobol gawang lawan dengan raihan 16 gol. Namun The Blues telah tersingkir sehingga The Bavarians dinobatkan sebagai tim terproduktif di antara 15 klub lainnya.
Sementara itu, Arsenal menjadi tim yang memiliki konversi gol terbaik, yakni dengan 21 persen. Rataan tembakan mereka memang tak terlalu mengesankan: 7,8 tembakan per pertandingan. Tetapi, pasukan Arsene Wenger begitu efisien dalam mencetak gol dan dalam enam laga di fase grup mereka mampu mencetak 10 gol.
Barcelona menjadi primadona dalam fase grup, as usual. Tak terkejut apabila mereka mampu menorehkan rataan penguasaan bola dan akurasi umpan yang paling tinggi di antara yang lain. Pertanyannya, apakah Lionel Messi cs mampu unggul atas AC Milan yang memiliki statistik yang tak begitu bagus?
Jangan lewatkan laga-laga yang melibatkan tim-tim kejutan seperti Malaga dan Schalke, yang merupakan jawara di grupnya masing-masing. Mereka tentu tak ingin dianggap sebagai 'tim kejutan' saja ketika harus bertandang ke markas Porto dan Galatasaray.
0 comments:
Post a Comment